Sejarah Desa


SEJARAH DESA KARANGGEDONG

KEC. NGADIREJO

 

 

 

 

 

Diajukan dalam

Lomba Menulis Sejarah Desa

Dalam rangka HUT Kabupaten Temanggung ke 186

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Desa Karanggedong

Tahun 2020

 

 

  1. LATAR BELAKANG

Sejarah desa merupakan hal yang sangat perlu diketahui oleh masyarakat desa. Cerita tentang sejarah desa, bisa menjadi sumber inspirasi bagi Pemerintah Desa dan seluruh komponen masyarakat di desa yang bersangkutan, untuk terus menggali karakteristik, potensi, dan keunggulan lain yang dimiliki oleh desa, dalam rangka pengembangan desa. Sejarah desa juga bisa menjadi ‘koco benggolo’ tentang asal usul dan adat istiadat yang harus dilestarikan oleh desa.

Saat ini ditengah perkembangan dan pembangunan desa yang semakin gencar dilakukan oleh desa, yang karena adanya Dana Desa, maka melihat atau menilik sejarah perkembangan desa menjadi semakin urgen. Hal ini tentu berkaitan dengan filosofi bahwa semaju apapun perkembangan dan pembangunan desa, tidak boleh tercerabut dari akar budaya yang terekam dalam sejarah desa. Hal ini juga mengandung maksud bahwa pembangunan harus seca sadar dilakukan oleh seluruh masyarakat desa dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin. Secara lahir masyarakat harus sejahtera dilihat dari kecukupan bidang pangan, sandang, papapn, tercukupi sarana prasarana dasar lainnya seperti infrastruktur jalan, sarana pendidikan, sarana kesehatan dan tercukupinya kebutuhan ekonomi yang lain. Secara batin, masyarakat harus sejahtea dari kebutuhan rohaninya, hidup dalam suasana yang tentram, damai, bisa beribadah secara khusuk dan jauh dari rasa khawatir maupun segala bentuk intimidasi dari pihak-pihak lain yang tidak bertanggungjawab. Tercakup dalam hal kebutuhan rohani ini, masyarakat juga bisa secara instens mengembangkan dan melestarikan adat istiadat, seni budaya dan lain-lain yang merupakan warisan dari budaya luhur masyarakat desa setempat.

Penulisan sejarah Desa Karanggedong Kecamatan Ngadirejo ini sebagai upaya untuk melihat kembali tentang asal usul desa dan melihat kembali serta ‘nguri-nguri’ apa yang sebenarnya terjadi di masa lampau terkait dengan perkembangan desa.

 

 

 

 

  1. KONDISI GEOGRAFIS DESA
  2. Karanggedong terletak di wilayah Kecamatan Ngadirejo, yang berbatasan dengan Desa Petirejo Kecamatan Ngadirejo sebelah Utara. Desa Traji Kecamatan Parakan disebelah Selatan. Pada sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukomarto Kecamatan Jumo, serta pada sebelah Barat berbatasan dengan Desa Medari Kecamatan Ngadirejo.
  3. Karanggedong terletak di ketinggian 871 mdpl (meter dari permukaan laut).

Jumlah penduduk Desa Karanggedong pada akhir tahun 2020 berjumlah 2865 jiwa terdiri dari 1432 laki-laki dan 1433 jiwa perempuan. Sebagian masyarakat bermata pencaharian sebagai petani.

  • Karanggedong terdiri dari 3 wilayah:
  1. Wilayah I terdiri dari 7 RT, 4 dusun, dan jumlah penduduk sebanyak 810 jiwa. Laki-laki sebanyak 403 jiwa dan perempuan 407 jiwa.
  2. Wilayah II terdiri dari 8 RT, 5 dusun dan jumlah penduduk sebanyak 1.122 jiwa. Laki-laki sebanyak 551 jiwa dan perempuan 571 jiwa.
  3. Wilayah III terdiri dari 5 RT, 3 dusun dan jumlah penduduk sebanyak 933 jiwa. Laki-laki sebanyak 478 jiwa dan perempuan 455 jiwa.

 

  1. ASAL - USUL

Karanggedong berasal dari dua kata, yakni Karang dan Gedong. Menurut KBBI, arti dari karang adalah batu, kuat. Sedangkan arti dari gedong adalah gedung. Sehingga maksud dari penamaan Karanggedong adalah sebuah harapan kelak desa ini akan memiliki rumah dengan gedung-gedung yang kuat. Tidak hanya bangun secara fisik, namun juga manusianya.

Menurut penuturan dari para sesepuh desa di Desa Karanggedong Juwaeni (72), diperkirakan Desa Karanggedong sudah adah bahkan sebelum tahun 1900. Pada tahun-tahun tersebut, Desa Karanggedong dipimpin oleh 3 lurah. Lurah Krajan, Lurah Cangak, dan Lurah Tloyo. Lurah yang dimaksud jika dibahasakan dengan bahasa sekarang, berarti bayan atau kepala dusun.

Menurut informasi dari Bp Slamet Isno (69), Desa Karanggedong pada tahun 1950-an hanya terdiri dari beberapa dusun yaitu Dusun Depok, Dusun Karangsari, Dusun Krajan Kidul, Dusun Krajan, Dusun Cangakan dan Dusun Tloyo dan selebihnya merupakan persil (area kebon kopi). Bp Rochmad (75) mengatakan bahwa nama Depok berasal dari kata padepokan. Mbah Maksum (83) menuturkan bahwa pada jaman tersebut banyak wikun (semacam biksu atau dukun). Sehingga muncullah padepokan, yang kemudian dipakai untuk nama salah satu dusun di desa ini. Lain lagi dengan nama Krajan, yang diperkirakan berasal dari kata Kerajaan. Dimana di dusun tersebut, silsilah pemimpin desa ini bermukim.

Selain itu, Bp Slamet Isno (69) menambahkan bahwa di Dusun Krajan Kidul ada sekolah pertama di Karanggedong pada jaman Belanda. Namanya Perpolek diambil dari Bahasa Belanda. Sekolah ini bisa dikatakan sebagai sekolah rakyat dengan masa pendidikan 3 tahun. Posisi Perpolek persis di mana bangunan SD N Karanggedong berdiri saat ini.

Selanjutnya, Dusun Karangsari. Di dusun ini diketahui ada sumber mata air yang tidak pernah luber. Ada banyak ikan-ikan kecil di sendangnya. Penduduk menyebutnya Kali Reco. Kali artinya mata air/sungai, sedangkan reco artinya patung. Belum ada yang tau pasti tentang kali reco ini, namun bebera sumber mengatakan bahwa di dekat mata air digunakan untuk mengubur “barongan” dari kesenian kuda lumping. Kali reco ini masih ada hubungannya dengan seblumbang. Dinamai demikian karena ada blumbang atau kolam dengan mata air yang deras. Menurut Mbah Maksum (83), mata air seblumbang tersebut berasal dari kali reco. Jika ada pemain kuda lumping kesurupan maka dilarikan ke seblumbang.

Menuju Dusun Cangakan, Mbah Maksum (83) mengatakan bahwa nama yang digunakan untuk dusun Cangakan merupakan sebuah nama yang diambil dari kata Cangak yang berarti mengintai. Maksudnya adalah bahwa dusun ini adalah tempat dimana perwakilan masyarakat mencari informasi (mengintai) lewat media ghaib. Informasi yang dimaksud adalah tentang bagaimana Desa Karanggedong ini “berjalan”.

Sebelah timur dusun Cangakan, adalah dusun Tloyo. Ada sebuah cerita menarik tentang rencana pembuatan masjid agung di wilayah ini. Dibuktikan dengan adanya ompak (batuan besar) di dekat makam yang berjumlah sangat banyak. Selain itu ditemukan batu bata dengan ukuran cukup besar di bawah tanah sekitar wilayah makam. Petani di sawah Sekruil juga menemukan kayu jati dengan ukuran besar yang sudah dipotong-potong. Ompak yang besar-besar tersebut hampir tidak mungkin bisa diangkat oleh 4-5 laki-laki, apalagi dengan jumlah ompak yang cukup banyak. Sedangkan kayu jati yang ditemukan di sawah sekruil, menimbulkan tanda tanya besar pada para petani kala itu. Dari mana asal kayu jati tersebut, karena disekitar daerah sekruil tidak ada satupun tanaman jati. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, “Sang Wali” berniat untuk membangun masjid agung dalam waktu satu malam sampai matahari terbit. Namun hal itu urung dilakukan karena sudah ada penduduk yang pergi ke kali mangut dengan menyeret klarak (peralatan dari bambu untuk menimba air). Dengan demikian, rencana pembuatan masjid agung tersebut gagal dilakukan. Praktis penduduk dusun tersebut menjadi suloyo. Sehingga tercetuslah nama Tloyo yang berasal dari kata suloyo.

Dusun Tloyo juga terkenal dengan sumber mata airnya, yaitu Kali Mangut. Tidak ada yang mengetahui siapa yang pertama kali menemukan sumber mata air ini, hanya cerita seputar batu didekat sumber mata air yang digunakan untuk bersemedi. Sehingga oleh penduduk sekitar, mata air tersebut dikeramatkan, dijaga dan dirawat. Sumber mata air Kali Mangut membawa manfaat bagi banyak orang, baik di dalam desa maupun dari desa lain sehingga penduduk sekitar mengadakan selamatan, salah satunya berupa sadran kali sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan sumber mata air di dusun tloyo.

Masih di Dusun Tloyo, bahwa menurut penuturan dari beberapa sumber, tempat ibadah agama Islam yang pertama kali dibangun ada di wilayah ini meskipun digunakan untuk kalangan pribadi. Langgar, sebutan untuk bangunan kecil tempat ibadah dibangun pertama kali oleh Mbah Kaji Umar. Letaknya persis di TPQ Al Muttaqien Tloyo. Setelah itu ada lagi yang membangun langgar pribadi yaitu Mbah Kaji Rahim. Langgar ini pun digunakan untuk kalangan pribadi.

Lalu pada tahun 1950-an masyarakat membangun masjid pertama di Desa Karanggedong tepatnya di sebelah selatan Kali Mangut. Pembangunan masjid tersebut diharapkan menjadi titik tolak perubahan Desa Karanggedong menjadi lebih maju.

 

 

 

  1. PENUTUP

Setelah lebih dari 60 tahun sejak berdirinya Mesjid pertama di Desa Karanggedong. Banyak perkembangan positif yang terjadi pada masyarakat. Ada setidaknya empat mesjid dan tujuh mushola yang saat ini jadi tempat ibadah warga. Juga telah berdiri TK Pamardisiwi dan SDN Karanggedong sebagai gerbang pendidikan pertama.

Tak sedikit anak-anak muda Karanggedong yang bisa melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi. Selain petani, kini muncul genarasi muda desa yang menjadi guru bahkan pengusaha. Pasar Kuliner jadi media masyarakat untuk mandiri lewat ekonomi. Dengan mengenal sejarah desa, warga masyarakat bisa mengenal akar sejarah mereka dan menjadikannya sebagai pelajaran untuk berkembang menjadi lebih baik.

Demikian penulisan sejarah desa ini dibuat sebagai upaya untuk melihat kembali tentang asal usul Desa Karanggedong tercinta. Disamping itu sejarah desa ini disusun sebagai bentuk partisipasi dalam rangka memeriahkan HUT Temanggung yang ke 186. Semoga dengan penulisan sejarah Desa Karanggedong ini bisa menambah khasanah bagi Kabupaten Temanggung menuju Temanggung yang Tentrem Marem dan Gandem.

Segala apa yang tersaji tentu masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena segala masukan dan kritikan sangat kamiperlukan untuk perbaikan penulisan dimasa yang akan datang.

Terima kasih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran:

  1. Kali Reco setelah direnovasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Ompak

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Kali Mangut

 

 

chat